Rabu, 26 Maret 2008

Antara Syar'i Dan Etika

"Koq bisa gitu.."
"Hmm...liberal banget.."
"Tahu etika ndak sich...?"
Yach...beragam komentar muncul ketika tahu bahwa di suatu daerah punya kultur pergaulan antar aktivis yang berbeda..(red:lebih longgar)..

Antara Surabaya dan Jakarta...beda sekali..
Kalau di surabaya...hijab benar-benar ketat...beda dengan jakarta..tapi hebatnya...dakwah di jakarta benar-benar menyentuh seluruh lapisan masyarakat..dan justru di surabaya masih terkesan eksklusif...

Setelah berdiskusi dengan salah seorang ikhwah..meski terasa liberal...tetapi tidak melanggar syar'i. Dari sini kemudian bisa diambil garis merah bahwa tidak etis belum tentu tidak syar'i. Karena etika, umumnya dibuat oleh masyarakat setempat. Misal : syuro malam yang pesertanya ikhwan dan akhwat.

Tidak ada larangan dalam islam tentang syuro malam. Larangan yang berlaku selama ini hanyalah sekedar etika. Memang etika itu baik, bahkan ketaatan terhadapnya perlu dijunjung tinggi. Namun..hendaknya etika juga tidak membatasi gerak dakwah kita..hingga terkesan kaku..dan akhirnya tidak mengena sasaran. Namun bukan berarti saya setuju syuro malam. Lihat konteksnya dulu..kalo memang bisa untuk tidak syuro malam, kerja malam, saya pasti akan memilih waktu-waktu selain malam. Namun kenyataan tak seindah harapan...bahwa hanya ada satu waktu untuk bisa melakukan hal-hal tersebut, yaitu malam hari. Ya, karena di siang hari tiap orang melakukan aktivitas yang lain, dan baru bisa bertemu untuk syuro di malam hari..

Masalah etika "akhwat koq pulang malam..", dan kalau ada yang bilang "saya kan punya izzah..nggak mau dong malam-malam..". Sama sekali izzah itu tidak diukur dengan siang ataupun malam.. Jadi selama itu tidak melanggar syar'i meski itu kurang baik secara etika...why not..??




Tidak ada komentar: