Minggu, 30 September 2007

Menanti Malam Seribu Bulan

Tak terasa setengah bulan Ramadhan telah terlewati. Bagaimana dengan ritual ibadah tambahan Anda, masih terus terjaga? Seperti biasa kita temui di awal puasa banyak masjid terlihat terisi penuh oleh jamaah shalat Tarawih. Namun menjelang minggu-minggu berikutnya barisan jamaah di mesjid terus berkurang.


Barangkali kita terlalu bersemangat di awal-awal puasa, hingga kurang bisa mengatur ‘energi’ untuk beribadah . Mungkin juga terlalu sibuk mengurus pekerjaan rumah atau mengalami kebosanan untuk terus menjaga ritual salat sunnah di mesjid. Yang pasti di bulan ini, anjuran untuk mengerjakan ibadah dan berlomba-lomba dalam kebaikan sangat dianjurkan.

Tentu pada ramadhan kali ini, kita tidak berharap ibadah yang tengah dilakukan menguap dengan sia-sia, alias hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Maka di pertengahan bulan ramadhan ini, Insya Allah, kita masih diberikan kesempatan untuk memadatkan dan merayakan ibadah-ibadah tambahan di malam hari. Tidakkah Anda menginginkan malam kedamaian dengan seribu bulan yang datang di sepuluh hari terakhir?

Telah disebutkan dalam Al Quran dalam surat Al Qadr, bahwa tiada malam yang mendapat sebutan indah dari Tuhan kecuali lailatul qadar. Yakni malam yang kebaikannya melebihi seribu bulan. Malam itu memiliki kedudukan yang tinggi dan kemuliaan terhormat (al manzilah ar rafi’ah), lailatulbarakah (malam penuh berkah), lailaturrahmah (malam penuh kasih sayang), laylatussalam (malam penuh keselamatan). Lailatulqadr adalah anugerah khusus yang diberikan Allah pada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh beribadah untuk menjemputnya pada bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa shalat malam pada malam lailatul qadr karena iman dan mengharapkan ridla Allah, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya yang telah lalu.” Dari hadist riwayat Muttafaq ‘Alaih. Rasulullah selalu menganjurkan umatnya untuk selalu meraih malam itu.

Bagaimana memastikan kedatangan malam lailatul qadr? Dari hadist riwayat Bukhari Muslim, Nabi berkata, "Carilah dia (lailatul qadar) pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan pada hitungan ganjil." Lebih khusus lagi, setiap tanggal ganjil yakni: 21, 23, 25, dan seterusnya. Ada satu pendapat yang mengatakan, lailaltul qadr jatuh setiap 17 Ramadhan bertepatan dengan Nuzulul Quran.

Di sepuluh malam terakhir ini dianjurkan untuk memperpadat ibadah sunah, seperti salat Tahajud, zikir, salat hajat, tadarus, I’tikaf, dan lainnya. Maka di bulan penuh berkah dan rahmat ini, semua umat muslim sedang menanti “bonus khusus” dari Allah, di mana malam itu penuh “cahaya kedamaian” hingga fajar menjelang.
Selamat menanti dan meraih malam seribu bulan.

sumber : ruang religi


Lebih Lanjut..

Kamis, 27 September 2007

Wanita Shalihah

oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR. Muslim). Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah). Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga selalu menjaga akhlaknya.

Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri. Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak. Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, "Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya. "

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua'lam. ***

Lebih Lanjut..

Selasa, 25 September 2007

Allah Malu Untuk Tidak Mendengar Doa HambaNya...


"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. " (Al-Baqarah:186)

Melihat perkataan Allah di atas, sebenarnya yang pantas untuk malu adalah kita..Malu karena merasa cukup dengan apa yang ada, terlebih saat semua yang kita inginkan telah terpenuhi.. Seolah-olah kita tidak lagi membutuhkan Allah, tidak lagi butuh akan perhatian Allah.
Betapa tidak, saat kita memiliki sebuah keinginan yang begitu besar, misal ingin lulus ujian, ingin cita-citanya terwujud, kita sangat getol memohon dan tidak pernah absen di setiap doa usai sholat untuk menyebut keinginan-keinginan itu. Padahal, seandainya kita diperlakukan layaknya 'habis manis sepah dibuang', tentu kita akan merasa sakit hati bukan ??... Begitulah Allah, namun kemurahanNyalah yang mengalahkan kekecewaanNya terhadap kita, kasih sayangNya mampu mengalahkan kemurkaanNya..lalu masihkah kita tidak memiliki rasa malu agar senantiasa istiqomah mendekatiNya dengan doa-doa kita ???

Berdoalah selalu kawan...


Lebih Lanjut..

Jumat, 21 September 2007

*Jangan Berlebihan Berbuka dengan yang Manis *

Amir Tejo - Okezone

Saat di Bulan Ramadhan kita sering dengar kalimat "berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis." Konon, itu dicontohkan Rasulullah SAW.

Dari Anas bin Malik ia berkata : "Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum salat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)

Nabi Muhammad Saw berkata: "Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka berbuka hanya dengan air."

Masyarakat kita memang bukan jazirah Arab. Kita lebih mengenal berbuka dengan kolak, es kacang hijau dan makanan yang manis-manis lainnya untuk berbuka puasa dibandingkan dengan kurma.

Padahal kurma dengan yang manis-manis gula itu ternyata berbeda. Dalam kurma mengandung adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate) atau fruktosa. Sedangkan, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate) atau glukosa.

Ada yang berpendapat jika berbuka puasa dengan makanan yang manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan. Ini karena ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu.

Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.

_*Ini pendapat yang kurang benar*_, karena selama kita berpuasa ada bagian-bagian dari tubuh kita yang sebenarnya membutuhkan energi secara instan. Contohnya adalah bagian otak. "Bagian tubuh kita yang penting ini perlu mendapat asupan energi secepatnya. Sehingga energi tersebut hanya bisa di dapat dari glukosa alias dari yang manis-manis gula," kata dr Sri Adiningsih Ahli Gizi dari RS Dr Soetomo Surabaya.

Sedangkan jika hanya mengandalkan asupan energi dari fruktosa alias manis-manis buah-buahan maka fruktosa ini membutuhkan waktu untuk diproses menjadi energi. Sedangkan satu sisi ternyata otak membutuhkan asupan energi yang sifatnya instan.

Selain otak, ternyata peredaran darah kita juga membutuhkan asupan energi instan yang hanya didapat dari glukosa atau manis gula-gulaan.

"Makanya setelah makan yang manis-manis dari glukosa kan kita merasa sudah segar. Ini karena otak mempunyai fungsi mengatur manipulatif, sekaligus peredaran darah kita sudah mendapat asupan energi yang cukup sehingga lancar," kata Adiningsih.

Namun Adiningsih mengingatkan jangan berlebihan dalam mengonsumsi gula-gula. Idealnya Adiningsih menyarankan jika kita hanya mengonsumsi sekitar tiga sendok makan dalam sehari. (mbs)

Lebih Lanjut..

Kamis, 20 September 2007

Amalan Selama Bulan Ramadhan

Oleh: Mochamad Bugi

Ramadhan punya makna tersendiri di hati umat Islam. Bulan ini adalah bulan rihlah ruhaniyah (wisata rohani). Umat Islam melepas belenggu materialisme dunia dengan menghidupkan dunia ruhiyah. Sebulan penuh umat Islam menjalani proses tadzkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Sebulan penuh umat Islam melakukan riyadhatur ruhiyah (olah rohani).
Sebulan penuh umat Islam bagai ulat dalam kepompong Ramadhan. Diharapkan di akhir Ramadhan kondisi rohani mereka secantik kupu-kupu. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]

Amal-amal apa saja yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan agar kita bisa memperoleh derajat takwa?

1. Berpuasa (Shiyam)
Amal yang utama di bulan Ramadhan tentu saja berpuasa. Hal ini diperintahkan Allah swt. dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 183-187. Karena itu, agar puasa kita tidak sia-sia, perdalamlah wawasan kita tentang puasa yang benar dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya. Sebab, puasa bukan sekadar tidak makan dan tidak minum. Tapi, ada rambu-rambu yang harus ditaati. Kata Rasulullah saw., “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yagn semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)
Jangan pernah tidak berpuasa sehari pun tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Meninggalkan puasa tanpa uzur adalah dosa besar dan tidak bisa ditebus meskipun orang itu berpuasa sepanjang masa. “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshah atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. At-Turmudzi)
Jauhi hal-hal yang dapat mengurangi dan menggugurkan nilai puasa Anda. Inti puasa adalah melatih kita menahan diri dari hal-hal yang tidak benar. Bila hal-hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka nilai puasa kita akan berkurang kadarnya. Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah (hakikat) puasa itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan perbuatan sia-sia dan kata-kata bohong.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah). Rasulullah saw. juga berkata, “Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktikkanya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekadar meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semua itu tidak akan bisa kita lakukan kecuali dengan bersungguh-sungguh dalam melaksankannya. Dengan begitu, puasa yang kita lakukan menghasilkan ganjaran dari Allah berupa ampunNya. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Salah satu bentuk kesungguhan dalam berpuasa adalah, melakukan makan sahur sebelum tiba waktu subuh. Rasulullah saw. menerangkan, “Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan Anda tinggalkan, meskipun hana dengan seteguk air. Alah dan para malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur.”
Selain sahur, menyegerakan berbuka ketika magrib tiba, juga bentuk kesungguhan kita dalam berpuasa. “Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai olehNya ialah mereka yang menyegerakan berbuka puasa,” begitu kata Rasulullah saw. Rasulullah saw. memberi contoh bersegera berbuka puasa walaupun hanya dengan ruthab (kurma mengkal), tamar (kurma), atau seteguk air. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Selama berpuasa, jangan lupa berdoa. Doa yang banyak. Sebab, doa orang yang berpuasa mustajab. Ini kata Rasulullah saw., “Ada tiga kelompok manusia yang doanya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah doa orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka.” (HR. Ahmad dan Turmudzi)

2. Membaca Al-Qur’an (Tilawah)
Al-Qur’an diturunkan perama kali di bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah saw. lebih sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain. Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.
Buat target. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Ini bisa dijadikan program unggulan bersama keluarga.

3. Memberikan makanan (Ith’amu ath-tha’am)
Amal Ramadhan yang juga dianjurkan Rasulullah saw. adalah memberikan santapan berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa. “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Turmudzi dan An-Nasa’i)
Sebenarnya memberi makan untuk orang berbuka hanyalah salah satu contoh bentuk kedermawanan yang ingin ditumbuhkan kepada kita. Masih banyak bentuk sedekah yang bisa kita lakukan jika kita punya kelebihan rezeki. Peduli dan sigap menolong orang lain adalah sifat yang ingin dilatih dari orang yang berpuasa.

4. Perhatikan kesehatan
Berpuasa adalah ibadah mahdhah. Tapi orang yang berpuasa juga sebenarnya adalah orang yang peduli dengan kesehatan. Makanya Rasulullah saw. berkata, “Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat.” Tak heran jika selama berpuasa Rasulullah saw. tetap memperhatikan kesehatan giginya dengan bersiwak, berobat dengan berbekam, dan memperhatikan penampilan, termasuk tidak berwajah cemberut.

5. Jaga keharmonisan keluarga
Puasa adalah ibadah yang khusus untuk Allah swt. Tapi, punya efek yang luas. Termasuk dalam mengharmoniskan hubungan keluarga. Jadi, berpuasa bukan berarti menjauh dari istri karena taqarrub kepada Allah sepanjang malam. Bukan juga tiada hari tanpa i’tikaf. Rasulullah saw. berpuasa, tapi juga memenuhi hak-hak keluarganya. Dalam praktik keseharian, hanya di bulan Ramadhan kita bisa makan bersama secara komplit sekeluarga, baik ketika berbuka atau sahur. Di bulan lain hal ini sulit dilakukan. Keharmonisan keluarga juga bisa kita dapatkan dari shalat berjamaah dan tadarrus bersama.

6. Berdakwah
Selama Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah yang luas. Karena, siapapun di bulan itu kondisi ruhiyahnya sedang baik sehingga siap menerima nasihat. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Rasulullah saw. bersabda, barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun. Jika mampu, jadilah pembicara di kultum ba’da sholat zhuhur, ashar, dan subuh di musholah atau masjid. Bisa juga menjadi penceramah di waktu tarawih. Jika tidak bisa berceramah, buat tulisan. Sebarkan ke orang-orang yang Anda temui. Jika tidak bisa, bisa mengambil artikel-artikel dari majalah, fotocopy, lalu sebarkan. Insya Allah, berkah.
Ini sebenarnya hanyalah langkah awal bagi kerja yang lebih serius lagi. Dengan melakukan hal-hal sederhana seperti di atas, sesungguhnya Anda sedang melatih diri untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain. Kata Rasulullah saw., mukmin yang baik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

7. Shalat Tawawih (Qiyamul Ramadhan)
Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Rasulullah saw., karena khawatir akan dianggap menjadi shalat wajib, melaksanakan shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat tidak sepanjang Ramadhan. Ada yang meriwayatkan hanya tiga hari. Saat itu Rasulullah saw. melakukannya secara berjamaah sebanyak 11 rakaat dengan bacaan surat-surat yang panjang. Tapi, di saat kekhawatiran akan diwajibkannya shalat tarawih sudah tidak ada lagi, Umar bi Khattab menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih adalah 21 atau 23 rakaat (HR. Abdur Razzaq dan baihaqi).
Ibnu hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i berkata, “Beberapa riwayat yang sampai kepada kita tentang jumlah rakaat shalat tarawih menyiratkan ragam shalat sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Kadang ia mampu melaksanakan shalat 11 rakaat, kadang 21, dan terkadang 23 rakaat, tergantung semangat dan antusiasmenya masing-masing. Dahulu mereka shalat 11 rakaat dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertelekan dengan tongkat penyangga, sedangkan mereka shalat 21 atau 23 rakaat, mereka membaca bacaan-bacaan yang pendek dengan tetap memperhatikan masalah thuma’ninah sehingga tidak membuat mereka sulit.”
Jadi, silakan Anda qiyamul ramadhan sesuai dengan kadar kemampuan dan antusiasme Anda.

8. I’tikaf
Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
Mudah-mudahan Anda bukan dari golongan yang kebanyakan itu.

9. Lailatul Qadar
Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.

10. Umrah
Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya akan berlipat-lipat. Rasulullah saw. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara denagn haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)

11. Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.

12. Perbanyaklah Taubat
Selama bulan Ramadhan Allah swt. membukakan pintu ampunan bagi hamba-hambanya dan setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api neraka. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita.

dakwatuna.com

Lebih Lanjut..

Selasa, 11 September 2007

Keikhlasan dan Keadilan (Kisah Masa Lalu...)

Setiap kali menjelang kelulusan, sejak SMP hingga sekarang ada suatu hal yang membuatku menangis terpuruk dalam sedih. Karena hal itu terkait dengan hati, benar-benar menguras seluruh energi jiwa.. Barangkali bagi orang lain hal ini bukanlah sesuatu yang penting, tetapi karena setiap manusia dicipta berbeda, bagiku ini adalah hal yang sangat penting...

Naik kelas 3 SMP, harapanku dapat berkumpul kembali dengan teman-teman sekelas saat kelas 1. Dengan dalih, kekompakan. Karena kelas 2 aku berada di kelas unggulan, yang masya Allah individualis sekali. Persaingan yang sangat ketat. Dan hal itu sangat tidak nyaman bagiku. Namun semangat belajar pun menjadi tinggi, hingga ku tak sadar bahwa bahwa yang masuk ke kelas 3 unggulan adalah yang posisi 5 besar paralel dari 2 kelas unggulan.. Alhasil, salah strategi..rangking ku terlampau tinggi untuk tidak masuk ke kelas unggulan. Menangis mendengar pembagian kelas saat itu...Dan entahlah ada semacam kekuatan dari tubuh ini untuk menghadap guru dan meminta dengan sedikit memaksa untuk mengeluarkanku dari kelas unggulan itu.Aneh memang, tapi ya..karena aku bisa melakukan sesuatu karena pengaruh kuat suasana hati. Kala hati sudah tidak nyaman, efeknya cukup besar. Alhamdulillah, akhirnya keinginanku terwujud... Aku kembali bersama teman-teman yang kuharapkan.

Naik kelas 3 SMA, hal yang sama terulang lagi. Cukup beda tipis. Sejak kelas 1 aku berada di kelas unggulan, dan agak terbiasa dengan suasana individualisnya. Naik kelas 3 aku berharap masuk ke kelas biasa, karena mengejar ranking..barangkali ada kesempatan untuk mengambil beasiswa atau program PMDK. 2 tahun di kelas unggulan cukup susah untuk berada di 3 besar. Paling tinggi peringkat 6 bagi prestasiku..Namun masya Allah, ternyata aku masuk di kelas unggulan ke 2..Sesak rasanya, kembali muncul kekuatan untuk menghadap ke guru, bahkan hingga menelepon wakasek. Akhirnya aku pun berada di kelas biasa..Sekali lagi, aneh memang.

Dan saat ini, hal serupa pun terjadi...
Sesak tubuh membayang...bingung...sedih...
Ku coba kembali 'memberontak' >>> apakah tidak ada yang lain ??? bingung akan amanah, overload
Dan, akhirnya 'pemberontakan' itupun berhasil...^_^Y

Belajar akan hakikat keikhlasan, ikhlas akan sebuah keputusan, pasrah menerima keadaan
Ataukah mencari keadilan dengan dalih kita yang lebih tahu apa yang kita butuhkan, bukan orang lain...Meski sesungguhnya Allahlah yang lebih tahu tentang kita...

*** Karena setiap detik adalah hikmah***

Lebih Lanjut..

Senin, 10 September 2007

Dan..Simpul Pun Terlepas...

Sedih….
Sebuah kata yang begitu terupaya untuk dihindari
Itulah iklim jiwa saat ini
Kesedihan yang tak mampu terlukis
Kesedihan yang serentak hadir dalam deretan jam

Ya…semua terjadi atas ijin Allah
Dan inilah jawaban atas do’a-do’a yang terpanjat
Agar Allah menjadikan diri ini ikhlas
Dan yakin inilah yang terbaik..
Terbaik untuk diri yang pandir
Terbaik untuk dakwah
Dan kebaikan-kebaikan yang lain

Karena hanya Allah yang bisa memahami

Hanya Allah, tiada yang lain

Sekalipun itu adalah aku

Aku hanyalah manusia lemah
Yang hanya bisa berharap dan berencana

Yang hanya bisa meminta dan merintih

Yang hanya bisa berangan-angan tanpa bisa mewujudkan

Inilah aku...
Yang hanya bisa menangis menghadapi semua ini
Yang hanya bisa pasrah menerima ketentuan ini
Karena aku...aku hanyalah lemah


Karena hidup tidak pernah terhenti dari kisahnya
Karena perjuangan tidak pernah terhenti sampai kemenangannya

Karena asa dan cita-cita tidak pernah redup hingga nafas menyentuh titik pemberhentiannya


Bangkitlah..
Mulailah hari baru..
Tatap matahari esok dengan segala optimisme..
Ketahuilah, kesedihan ini akan berlalu seiring waktu..
Tapi waktu tidak akan menunggu kita bila kita diam terpekur tak berbuat sesuatu..
Bangkitlah, untuk sebuah perubahan yang lebih baik..
Hidup yang lebih baik dari hari ini..
Jangan tertinggal oleh orang-orang yang berlari mengejar masa depannya..
Meninggalkan kita dalam lubang keterpurukan yang secara sadar telah kita gali sendiri...


Lebih Lanjut..

Minggu, 09 September 2007

Selain Nokia, Siemens dan Motorola Pun Masuk Daftar Boikot yang Baru

Ketika DR. Yusuf Qaradhawy menyampaikan fatwa boikot terhadap pembelian barang-barang hasil produksi perusahaan Israel, Amerika, maupun Eropa yang jelas-jelas mengalirkan sebagian keuntungannya untuk Zionis-Israel pada November 2000 lalu, sebuah yayasan Islam di Inggris membuat satu daftar yang cukup lengkap dan komprehensif yang berisi barang-barang yang harus di boikot umat Islam dunia.

Yayasan yang tidak disebut namanya ini meluncurkan satu situs (www.inminds. Co. Uk) untuk mengkampanyekan gerakan boikot produk pro-Zionis. Hebatnya, selain daftar barang, situs ini juga memaparkan bukti-bukti yang cukup meyakinkan bahwa perusahaan yang mengeluarkan produk-produk tersebut sungguh-sungguh aktif membantu eksistensi Zionis-Israel, lengkap dengan catatan kaki dan referensinya.

Selain memuat gerakan boikot produk pro Zionis yang dilakukan umat Islam dunia, situs ini pun memaparkan bahwa gerakan boikot tidak hanya diikuti umat Islam tapi juga pejuang-pejuang, aktivis kemanusiaan Eropa, yang notabene bukanlah seorang Muslim. Bahkan kelompok Yahudi ultra ortodoks yang sangat anti kepada Zionis-Israel, Neturei Karta, pun aksinya dimuat dalam situs ini.

Dalam daftar boikot yang dikeluarkan pada tahun 2000, salah satu yang masuk dalam daftarnya adalah Nokia. Namun dalam daftar boikot yang diperbaharui pada awal September 2007, dua perusahaan elektronik yang juga memproduksi ponsel yaitu Motorola dan Siemens pun masuk dalam daftar boikot.

Sayangnya, situs ini belum memaparkan data-data apa pun terkait dua perusahaan ponsel tersebut, Motorola dan Siemens. Ketika diklik pada kolom Motorola dan Siemens pada hari Ahad pagi (9/9) pukul 05. 20 wib, situs hanya menampilkan kalimat “No Input File Specified”. Bisa jadi, informasi dan data mengenai keduanya masih sedang dalam proses untuk di-upload. Kita tunggu saja.(Rizki)

eramuslim.com


Lebih Lanjut..

Jumat, 07 September 2007

Kalimah Thayyibah - Wudhu dan 8 pintu surga

Dari Umar bin Khattab ra., Nabi saw. bersabda,"Tidaklah seseorang dari kalian yang berwudhu dengan sempurna, lalu membaca,"Asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuluh, kecuali akan dibukakan baginya 8 pintu surga. Dan terserah kepadanya dari pintu yang mana ia akan masuk."
(Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Lebih Lanjut..

Kamis, 06 September 2007

Bersyukurlah....

Bersyukurlah karena engkau tidak memiliki semua yang diinginkan.
Jika engkau memiliki semuanya, apalagi yang hendak dicari ?

Bersyukurlah saat engkau tidak mengetahui sesuatu, karena itu memberi kesempatan kepadamu untuk belajar. Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang engkau hadapi. Karena selama itulah engkau tumbuh menjadi dewasa.

Bersyukurlah atas keterbatasan yang engkau miliki, karena hal itu
memberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Bersyukurlah atas setiap tantangan baru, karena hal itu akan membangun kekuatan karaktermu.

Bersyukurlah atas kesalahan-kesalahan yang engkau perbuat. Karena hal
itu memberimu pelajaran yang sangan berharga. Bersyukurlah ketika engkau lelah dan tak berdaya. Karena berarti engkau telah membuat suatu perbedaan.

Adalah mudah untuk bersyukur atas hal-hal yang baik.

Kehidupan yang bermakna adalah bagi mereka yang juga bersyukur atas kesulitan yang dihadapi. Rasa syukur bisa mengubah hal negatif menjadi positif.

Berusahalah bersyukur atas kesulitan yang engkau hadapi sehingga
kesulitan itu akan menjadi berkah bagi dirimu.

BERANI HIDUP, TIDAK TAKUT MATI. TAKUT MATI, JANGAN HIDUP. TAKUT HIDUP,
MATI SAJA.

>>> kiriman teman

Lebih Lanjut..

Haruskah Mengganti Sholat Yang Kita Tinggalkan..???

Assalamu'alaikum wr. Wb
Saya pernah menunda waktu sholat ashar sampai waktu tengah menjelang magrib. Bersamaan itu saya mendapatkan haid. Yang saya tanyakan, apakah yang harus saya lakukan? Apakah saya harus mengganti sholat ashar tersebut setelah saya selesai haid?
Jazakumulloh.
Ummu Azzam

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Pada hakikatnya apabila seorang wanita mendapat haidh, maka gugurlah kewajibannya untuk melakukan shalat lima waktu. Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

عَنْ عَائِشَةَ رضيَ اللهُ عَنْهَا: أنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ دَمَ الحَيْضِ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ، فَإِذا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنِ الصَّلاةِ، فَإِذا كَانَ الآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي، رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابنُ حِبَّانَ وَالحَاكِمُ، وَاسْتَنْكَرَهُ أَبُو حَاتِمٍ

Dari Aisyah ra berkata, "Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, "Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu'lah dan lakukan shalat. (HR Abu Daud dan An-Nasai, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

`Dari Aisyah r.a berkata: `Dizaman Rasulullah SAW dahulu kami mendapat haid, lalu kami diperintahkan untuk mengqada` puasa dan tidak diperintah untuk mengqada` salat (HR Jama`ah).

Selain itu juga ada hadis lainnya:

`Dari Fatimah binti Abi Khubaisy bahwa Rasulullah SAW bersabda: `Bila kamu mendapatkan haid maka tinggalkan salat`

Namun yang menjadi permasalahan adalah apabila seorang wanita belum sempat melakukan shalat yang sudah masuk waktunya, namun tiba-tiba mendapat haidh, apakah dia tetap wajib melaksanakan shalat karena sempat suci di dalam waktu shalat sebelum mendapat haidh?

Para ulama berpendapat bahwa apabila seorang wanita telah sempat memasuki waktu shalat dalam keadaan suci dari haidh, maka wanita itu diwajibkan untuk melakukan shalat. Seandainya shalat belum sempat dilaksanakan, lalu tiba-tiba dirinya mendapat haidhsehingga menjadi tidak boleh shalat, maka shalat yang belum sempat yang dilaksanakan itu wajib diganti dengan cara mengqadha'.

Tentu saja menggantinya nanti setelah selesai dari haidh dan suci dari janabah dengan cara mandi janabah.

Itu adalah pendapat para ulama terkait dengan kewajiban shalat yang belum sempat dikerjakan karena terhalang haidh, padahal sudah masuk waktu dan sempat mengalami masa sebelum haidh.

Hal sama berlaku juga dengan seorang wanita yang berhenti dari haidhnya beberapa saat menjelang berakhirnya waktu shalat. Misalnya waktu shalat maghrib jam 18.00, lima menit sebelum masuk waktu maghrib, seorang wanita mengalami berhenti dari haidh, maka dia wajib mandi dan melaksanakan shalat 'ashar. Kalau ternyata waktunya tidak mencukupi untuk shalat ashar, para ulama mengatakan bahwa wanita itu tetap harus mengqadha' shalatnya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc (eramuslim.com)

Lebih Lanjut..

Niat Puasa Harus Tiap Malam atau di Awal Ramadhan Saja?

Assalamu 'aikum wr. wb.

Saya mendengar bahwa syarat sah puasa adalah berniat pada tiap malam sebelum masuk waktu puasa. Yang jadi pertanyaan saya, apakah memang harus niat itu harus dilakukan setiap malam? Atau bisa dilakukan di awal ramadhan saja? Adakah pendapat yang berbeda dalam masalah ini?

Demikian pak Ustadz, sebelumnya kami ucapkan terima kashi.

Wassalam

Ahmad Miftah
miftahad@yahoo.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Niat puasa harus dilakukan pada malam hari sebelum masuk waktu shubuh. Istilah yang sering digunakan adalah tabyitunniyah, atau memabitkan niat. Maksudnya, di malam hari seseorang sudah harus berniat bahwa besoknya dirinya akan melaksanakan puasa.

Namun yang perlu diketahui, ketentuan tabyitunniyyah ini hanya berlaku pada puasa wajib saja, seperti puasa Ramadhan, puasa nadzar, puasa qadha' dan puasa kaffarah saja. Sedangkan puasa-puasa sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis, puasa ayyamul biiydh, puasa 6 hari bulan Syawwal dan seterusnya, tidak membutuhkan tabyitunniyah. Sehingga asalkan seseorang belum sempat makan dan minum sejak pagi, lalu tiba-tiba terbetik keinginnan untuk berpuasa, dia bisa langsung berpuasa.

Tinggal masalahnya, apakah niat puasa di bulan Ramadhan itu harus dilakukan tiap malam, ataukah bisa dilakukan hanya di malam pertama Ramadhan saja. Untuk menjawab masalah ini, rupanya para ulama berbeda pendapat.

1. Jumhur Ulama: Harus Setiap Malam

Menurut jumhur ulama, niat itu harus dilakukan pada setiap malam yang besoknya kita akan berpuasa secara satu per satu. Tidak bisa digabungkan untuk satu bulan.

Logikanya, karena masing-masing hari itu adalah ibadah yang terpisah-pisah dan tidak satu paket yang menyatu. Buktinya, seseorang bisa berniat untuk puasa di suatu hari dan bisa berniat tidak puasa di hari lainnya.

Oleh karena itu, jumhur ulama mensyaratkan harus ada niat meski tidak perlu dilafazkan pada setiap malam hari bulan ramadhan. Tanpa niat tiap malam, maka puasa menjadi tidak sah untuk dilakukan, lantaran seseorang tidak berniat puasa.

2. Kalangan Fuqaha Al-Malikiyah: Boleh Niat Untuk Satu Bulan

Sedangkan kalangan fuqaha dari Al-Malikiyah mengatakan bahwa tidak ada dalil nash yang mewajibkan untuk tiap malam melakukan niat yang terpisah. Bahkan bila mengacu kepada ayat Al-Quran Al-Kariem, jelas sekali perintah untuk berniat puasa satu bulan secara langsung dan tidak diniatkan secara hari per hari.

Ayat yang dimaksud oleh Al-Malikiyah adalah:

…Siapa yang menyaksikan bulan (Ramadhan) itu hendaklah dia berpuasa…(QS. Al-Baqarah: 185)

Menurut mereka, ayat Al-Quran Al-Kariem sendiri menyebutkan bahwa hendaklah ketika seorang mendapatkan bulan itu, dia berpuasa. Dan bulan adalah ism untuk sebuah rentang waktu. Sehingga berpuasa sejak hari awal hingga hari terakhir dalam bulan itu merupakan sebuah paket ibadah yang menyatu, tidak terpisah-pisah.

Dalam hal ini mereka membandingkannya dengan ibadah haji yang membutuhkan masa pengerjaan yang berhari-hari. Dalam haji tidak perlu setiap hari melakukan niat haji. Cukup di awalnya saja seseorang berniat untuk haji, meski pelaksanaannya bisa memakan waktu seminggu.

Demikian perbedaan pendapat di antara para ulama. Maka buat kita, rasanya tidak ada salahnya bila kita melakukan ikhtiyat, dengan cara kita berniat di awal Ramadhan untuk berpuasa sebulan, sebagaimana pendapat para ulama mazhab Malikiyah. Namun jangan lupa setiap malam untuk berniat lagi, demi memenuhi ijtihad jumhur ulama. Kalau seandainya terlupa, setidaknya sudah berniat di awal Ramadhan.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc (eramuslim.com)

Lebih Lanjut..

Selasa, 04 September 2007

First Meeting

Datang pada pukul 16.45..di sebuah tempat yang cukup asing. Namun karena sudah terbiasa melewati jalan-jalan setapak itu, tidak ada lagi rasa canggung untuk memasuki halaman rumah yang telah penuh dengan barisan kendaraan bermotor.

45 menit terlambat dari jadwal yang ditentukan..padahal pertemuan pertama pastilah berkesan, entah kesan yang baik ataupun kesan yang kurang. Acara saat itu adalah bincang-bincang santai. Senang, sedih, bingung, sungkan, menjadi satu berpadu memenuhi ruang hati..

Senang karena tetap bersama dengan kawan seperjuangan meski kesedihan itu ada karena sebagian di antara kami sudah tidak bersama lagi...4 dari 9 orang telah ditentukan untuk berada di ruang lain...Sedih..karena tidak pernah ada lintasan sedikitpun dalam hati ini bahwa rihlah itu adalah kebersamaan kami menjelang perpisahan, sedih...karena makan-makan itu adalah pertemuan terakhir kam, tanpa ada kesempatan untuk mengucapkan salam perpisahan...Bingung...karena hati ini belum bisa menerima sepenuhnya kenyataan ini...sungkan karena inilah kami yang begitu mendominasi forum dibanding orang yang telah lama ada sebelum kami...
4 tahun
Itulah masa kami berlima bersama sejak lahir di ITS hingga menjelang purna tugas sekarang ini. Dalam perjalanan selama rentang waktu itu begitu banyak hal yang terjadi. Ujian keikhlasan, ujian tali silaturahim, ujian komitmen, dan ujian kasih sayang mengiringi perjalanan kami..
Yach...sampai detik ini hanya 5 orang yang bertahan dari sekian banyak orang yang datang dan yang pergi.

Lebih Lanjut..

Senin, 03 September 2007

Fiqh Ringkas Tentang Puasa (2-habis)



Disunnahkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an, memberi makan orang puasa untuk berbuka, dan memperbanyak sedekah. Di sepuluh hari terakhir, sangat dianjurkan beri'tikaf.


Yang Dibolehkan Tidak Berpuasa


1. Orang yang safar (dalam perjalanan). Tapi, ada ulama yang memberi syarat. Seseorang boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan dan menggantinya di bulan lain, jika safarnya menempuh lebih dari 89 km dan safarnya bukan untuk maksiat serta perjalanannya dimulai sebelum fajar. Namun Imam Hanbali membolehkan berbuka, walaupun safarnya dimulai pada siang hari. Alasan dibolehkannya berbuka adalah karena safar mengandung masyaqqah (kesusahan). Jika seseorang yang safar mengambil rukshah ini, ia wajib mengganti puasanya itu di hari lain sejumlah hari ia tidak berpuasa.

2. Orang yang sedang sakit. Sakit yang masuk dalam kategori ini adalah sakit yang dapat menghambat kelangsungan ibadah puasa dan berdampak pada keselamatan fisik jika dia tetap berpuasa. Untuk memutuskan dan menilainya, diperlukan pendapat dokter. Jika seseorang tidak berpuasa karena sakit, ia wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya di bulan lain ketika ia sudah sehat.

3. Wanita hamil dan ibu yang menyusui. Wanita hamil atau ibu menyusui boleh tidak berpuasa, tapi harus menggantinya di hari lain. Jika dia tidak berpuasa karena takut dengan kondisi dirinya sendiri, maka hanya wajib bayar qadha' saja. Tapi jika dia takut akan keselamatan
janin atau bayinya, maka wajib bayar qadha' dan fidyah berupa memberi makan sekali untuk satu orang miskin. Hal ini diqiyaskan dengan orang sakit dan dengan orang tua yang uzur.

4. Orang yang lanjut usia. Orang yang sudah lanjut usia dan tidak sanggup puasa lagi tidak wajib puasa, tapi wajib bayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin sebanyak hari yang ditinggalkan.

5. Orang yang mengalami keletihan dan kehausan yang berlebihan. Jika kondisi itu dikhawatirkan mengganggu keselamatan jiwa dan akal, maka boleh berbuka dan wajib qadha'.

6. Orang yang dipaksa (ikrah) tidak berpuasa. Orang seperti ini boleh berbuka, tapi wajib mengqadha'.

Permasalahan Sekitar Puasa
1. Untuk puasa Ramadhan, wajib memasang niat berpuasa sebelum habis waktu sahur.

2. Saat berpuasa seorang suami boleh mencium isterinya, dengan syarat dapat menahan nafsu dan tidak merangsang syahwat.

3. Orang yang menunda mandi besar (janabah) setelah sahur atau setelah masuk waktu subuh, puasanya tetap sah. Begitu juga dengan orang yang berpuasa dan mendapat mimpi basah di siang hari, puasanya tetap sah.

4. Dilarang suami-istri berhubungan badan di siang hari ketika berpuasa. Hukuman bagi orang yang bersenggama di siang hari pada bulan Ramadhan adalah memerdekakan budak. Jika tidak mampu memerdekakan budak, suami-istri itu dihukum berpuasa dua bulan penuh secaara berturut-turut. Jika tidak mampu juga, mereka dihukum memberi makan 60 orang miskin sekali makan. Kalau perbuatannya berulang pada hari lain, maka hukumannya berlipat. Kecuali, pengulangannya dilakukan di hari yang sama.

5. Orang yang terlupa bahwa ia berpuasa kemudian makan dan minum, maka puasanya tetap sah. Setelah ingat, ia harus melanjutkan puasanya hingga waktu berbuka di hari itu juga.

6. Hanya muntah yang disengaja yang membatalkan puasa. Ada tiga perkara yang tidak membatalkan puasa: bekam, muntah (yang tidak disengaja), dan bermimpi (ihtilam). Sikat gigi atau membersihkan gigi dengan syiwak diperbolehkan. Hal ini biasa dilakukan oleh Rasulullah
saw. Tapi, ada ulama yang memakruhkan menyikat gigi dengan pasta gigi setelah matahari condong ke Barat.

7. Orang yang mempunyai hutang puasa tahun sebelumnya, harus dibayar sebelum masuk Ramadhan yang akan berjalan. Jika belum juga ditunaikan, harus dibayar setelah Ramadhan yang tahun ini. Tapi, ada ulama berpendapat, selain harus diqadha' juga diwajibkan memberi
makan orang miskin.

8. Para ulama sepakat bahwa orang yang wafat dan punya utang puasa yang belum ditunaikan bukan karenakan kelalaian tapi disebabkan ada uzur syar'i seperti sakit atau musafir, tidak ada qadha yang harus ditanggung ahli warisnya. Tapi jika ada kelalaian, ada sebagian ulama
mewajibkan qadha terhadap ahli warisnya dan sebagian lain mengatakan tidak.

9. Bagi mereka yang bekerja dengan fisik dan terkategori berat –seperti pekerja peleburan besi, buruh tambang, tukang sidang, atau yang lainnya– jika berpuasa menimbulkan kemudharatan terhadap jiwa mereka, boleh tidak berpuasa. Tapi, wajib mengqadha'. Jumhur ulama mensyaratkan orang-orang yang seperti ini wajib baginya untuk sahur dan berniat puasa, lalu berpuasa di hari itu. Kalau tidak sanggup, baru boleh berbuka. Berbuka menjadi wajib, kalau yakin kondisi ketidak sanggupan itu akan menimbulkan kemudharatan.

Lebih Lanjut..

...:Jika Komitmen Benar-Benar Tulus:...

Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus..., maka tidak akan banyak da'i yang berguguran di tengah jalan. Dakwah akan terus melaju dengan mulus untuk meraih tujuan-tujuannya dan mampu memancangkan prinsip-prinsipnya dengan kokoh.

Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus..., niscaya hati sekian banyak orang akan menjadi bersih, pikiran mereka akan bersatu, dan fenomena ingin menang sendiri saat berbeda pendapat, akan jarang terjadi.

Jika komitmen da'i benar-benar tulus..., maka sikap toleran akan semarak, rasa saling mencintai akan merebak, hubungan persaudaraan semakin kuat, dan barisan para da'i akan menjadi bangunan yang berdiri kokoh dan saling menopang.

Jika komitmen da'i benar-benar tulus..., maka dia tidak akan peduli saat ditempatkan di barisan depan atau belakang. Komitmennya tidak akan berubah ketika ia diangkat menjadi pemimpin yang berwenang mengeluarkan keputusan dan ditaati atau hanya sebagai jundi yang tidak dikenal atau tudak dihormati.

Jika komitmen da'i benar-benar tulus..., maka hati seortang da'i akan tetap lapang untuk memaafkan setiap kesalahan saudara-saudara seperjuangannya, sehingga tidak tersisa tempat sekecil apapun untuk permusuhan dan dendam.

Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus..., maka sikap toleran dan saling memaafkan akan terus berkembang sehingga tidak ada momentum yang bisa menyulut kebencian, menaruh dendam, dan amarah. Namun sebaliknya, semboyan yang diusung bersama adalah "Saya sadar bahwa saya sewring melakukan kesalahan, dan saya yakin anda akan selalu memaafkan saya".

Jika komitmen da'i benar-benar tulus..., maka....

Lebih Lanjut..

Minggu, 02 September 2007

Khutbah Rasulullah Menjelang Ramadhan

Selain memerintah shaum, dalam menyambut menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah selalu memberikan beberapa nasehat dan pesan-pesan. Inilah pesan Nabi tatkala memasuki Ramadhan.

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA.

Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.

Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.

Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba- Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar.

Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.

Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kai-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan- Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan.

Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.

Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka.

Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya .

Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Sumber :
www.Taushiyah- online.com dan www.Hidayatullah. com

Lebih Lanjut..

Akhirnya...


00:32:12 / 01-09-2007

Sebuah pesan singkat yang kuterima saat sedang jauh dalam buaian rasa kantuk..
Saat-saat yang sudah tak mampu lagi mendengar nada pengingat pesan itu
Hingga ku tersadar saat pukul 03:08, dan betapa terkejutnya diri ini dengan sebuah kata 'adik-adik' yang tertulis dalam pesan singkat itu..
Masya Allah, segera ku mainkan jari-jari ini, mengetik huruf per huruf dan ku kirim ke beberapa orang sahabat...Dengan maksud menanyakan kondisi terakhir mereka...
Lama tidak ada jawaban, hingga pukul 6 lebih.

Tiba-tiba terdengar bunyi nada dari HP...
Ow..ternyata mereka pun menerima SMS yang sama... Tapi yang lain ????
bunyi HP berdering kembali...dan ternyata tanggapan yang sama...
Sementara itu...beberapa orang belum diketahui kondisinya...trouble connection..

Untuk kesekian kali HP berbunyi...alhamdulillah nada kata yang sama.
4 orang mengalami hal yang sama...tinggal 3 orang lagi...
innalillahi..2 orang belum ada hubungan...yang 1 belum ada jawaban

Semoga 'adik-adik' yang dimaksud adalah untuk 7 orang yang tersisa...Amiin
Next monday on 4 pm

Dan perpisahan pun tidak sepenuhnya terjadi...
Only me who know this..

Lebih Lanjut..

Sabtu, 01 September 2007

Fiqih Ringkas Tentang Puasa (bag.1)


Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna shaum seperti ini dipakai dalam ayat ke-26 surat Maryam. "Maka makan dan minumlah kamu, wahai Maryam, dan tenangkanlah hatimu; dan jika kamu bertemu seseorang, maka katakanlah saya sedang berpuasa dan
tidak mau berbicara dengan siapapun."

Sedangkan secara istilah, shaum adalah menahan dari dari dua jalan syahwat, mulut dan kemaluan, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan pahala puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah saw. bersabda, "Penghulunya bulan adalah bulan Ramadhan dan penghulunya hari adalah hari Jum'at." (Thabrani)

Rasulullah saw. bersabda, " Kalau saja manusia tahu apa yang terdapat pada bulan Ramadhan, pastilah mereka berharap Ramadhan itu selama satu tahun." (Thabrani, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi)

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Apabila datang bulan puasa, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka." (Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. juga bersabda, "Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, para setan dan jin kafir akan dibelenggu. Semua pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka; dan dibuka pintu-pintu surga sehingga tidak ada satu pun yang tertutup. Lalu terdengara suara seruan, "Wahai pencari kebaikan, datanglah! Wahai pencari kejahatan, kurangkanlah. Pada malam itu ada orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Dan yang demikian itu terjadi pada setiap malam." (Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Keutamaan Puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan penuh harap, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang shalat malam pada bulan puasa, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Bukhari dan Muslim)
Waktu Berpuasa
Ibadah puasa dimulai sejak masuknya fajar shadiq (waktu shalat Subuh) hingga terbenamnya matahari (masuk waktu shalat Maghrib). Allah menerangkan di dalam al-Qur'an dengan istilah benang putih dari benang hitam.

Doa Berbuka Puasa

Jika berbuka puasa, Rasullullah saw. membaca, "Allahumma laka shumtu wa `ala rizqika afthartu." Artinya, ya Allah, untukmu aku berpuasa dan dengan rezeki yang engkau berikan kami berbuka. Dan Rasulullah saw. berbuka puasa dengan kurma. Jika tidak ada, cukup dengan air putih.

Sunnah-sunnah Dalam Berpuasa

Sebelum berpuasa, disunnahkan mandi besar dari junub, haidh, dan nifas. Bagi orang yang berpuasa, disunnahkan melambatkan makan sahur dan menyegerakan berbuka. Berdo'a sebelum berbuka.

Agar amalan puasa tidak rusak dan pahalanya tidak gugur, orang yang berpuasa disunnahkan menjaga anggota badan dari maksiat, meninggalkan obrolan yang tidak berguna, meninggalkan perkara syubhat dan membangkitkan syahwat.

http://www.dakwatuna.com+-

Lebih Lanjut..

Membangun Tradisi Ilmu di Bulan Ramadhan



Oleh: Adian Husaini




Suatu ketika, pada akhir bulan Sya’ban, Rasulullah saw berkhutbah di hadapan para sahabat :

’Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa agung dan lagi penuh keberkatan; yaitu bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan ; bulan yang Allah telah menjadikan puasa-Nya suatu fardhu dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’. Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu perbuatan di dalam bulan itu, maka samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di bulan lain. Dan barangsiapa menunaikan suatu fardhu di bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran, pahalanya adalah surga. Ramadhan adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rizki para mukmin di dalamnya. Barangsiapa yang memberi makanan berbuka di dalamnya kepada orang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari api neraka. Orang yang memberikan makanan berbuka puasa, baginya seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu, tanpa sedikit pun berkurang.’’ (HR. Ibn Khuzaimah dari Salman r.a.; dikutip dari buku Pedoman Puasa, karya Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy, 1986:20, dengan sedikit perubahan redaksi terjemahan).

Sebagai muslim yang meyakini hal-hal ghaib, semisal soal pahala dan dosa, maka kita perlu menyiapkan diri sebaik-baiknya dalam menyambut bulan Ramadhan. Di bulan inilah kita diberikan kesempatan untuk menabung pahala amal sebanyak-banyaknya, agar di akhirat nanti, timbangan amal baik kita lebih banyak daripada timbangan amal jahat; agar kita tidak muflis (bangkrut). Rasulullah saw menyebutkan adanya orang-orang muflis di hari kiamat. Yaitu orang-orang yang amal-amal baiknya habis dibagikan kepada orang lain. Orang seperti ini bangkrut karena semasa di dunia tidak menyelesaikan berbagai urusannya dengan orang lain, semisal masalah hutang, penyerobotan harta orang lain, penganiayaan, dan sebagainya. Karena itulah, seyogyanya kita memanfaatkan bulan Ramadhan untuk memperbanyak tabungan amal baik kita di akhirat.

Salah satu amal yang sangat tinggi nilainya di hadapan Allah adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan urusan keilmuan, baik menuntut ilmu, mengajarkannya, atau segala aktivitas yang terkait dengan pengembangan keilmuan. Melalui ilmulah manusia dapat mengenal Allah dan memahami cara beribadah kepada-Nya dengan benar. Hanya dengan ilmu manusia dapat memahami mana yang benar dan mana yang salah, mana yang tauhid dan mana yang syirik, mana yang halal dan mana yang haram. Allah SWT menjanjikan:

”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah:11)

Rasulullah saw juga bersabda:

”Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah menjadikannya faqih (memahami dengan baik) dalam masalah agama (Islam) dan mengilhami petunjuk-Nya.” (Muttafaq alaihi).

”Ulama adalah pewaris para Nabi.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibn Majah dan Ibn Hibban).

”Manusia itu laksana barang tambang seperti tambang emas dan perak. Orang-orang yang terbaik di masa jahiliyah adalah orang-orang yang terbaik juga di dalam Islam, apabila mereka memahami Islam.” (Muttafaq alaihi, dari Abu Hurairah).

Umar r.a. berkata: ”Kematian seribu ’abid (ahli ibadah) yang mendirikan malam dan puasa di siang hari adalah lebih ringan daripada kematian seorang ’alim yang mengetahui apa yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh Allah.”

Karena begitu pentingnya masalah keilmuan ini, maka Allah memerintahkan, dalam kondisi apa pun, maka masyarakat harus tetap memberikan perhatian terhadap ilmu. Bahkan disaat perang sekali pun. ”Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu tentang agama.” (QS at-Taubah: 122). ”Maka tanyakanlah kepada orang yang mempunyai ilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS an-Nahl: 43).

Rasulullah saw bersabda:

”Barangsiapa menempuh jalan yang padanya dia menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke surga.” (HR Muslim).

”Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan.” (HR Ahmad, Ibn Hibban, dan Hakim).

”Barangsiapa didatangi kematian dimana dia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan para Nabi di surga adalah satu tingkat derajat.” (HR Ad Darimi dan Ibn Sunni dengan sanad hasan).

Ibn Abbas r.a. berkata: ”Mendiskusikan ilmu pada sebagian malam lebih saya sukai daripada menghidupkan malam itu.”

Imam Syafii rahimahullah berkata: ”Menuntut ilmu adalah lebih utama daripada shalat sunnah.” (NB. Hadits shahih dan hasan serta pendapat sahabat dikutip

dari Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali. Terjemahan oleh Drs. H. Moh. Zuhri, penerbit Asy-Syifa).

Para ulama yang merupakan pewaris para Nabi selama ini begitu gigih dalam mengembangkan keilmuan. Merekalah yang telah berjasa menjaga otentisitas Islam sehingga kita dapat mewarisi agama yang dibawa oleh Rasulullah saw ini. Kegigihan para ulama dalam mengembangkan keilmuan Islam begitu tingginya. Tradisi keilmuan itulah yang mampu mengantarkan kejayaan Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Apalagi, saat misi Islam itu mendapat dukungan dari para penguasa yang baik.

Saat berkunjung ke Indonesia, Prof. Wahbah az-Zuhaili, penulis kitab al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu dan Tafsir al-Munir pernah ditanya, berapa jam beliau membaca dan menulis. Beliau menjawab: Tidak kurang dari 16 jam sehari. Imam Nawawi (w. 676 H), penulis Kitab Riyadhush Shalihin, al-Majmu’, dan Syarah Shahih Muslim, disebutkan bahwa beliau setiap hari belajar 8 cabang ilmu dari subuh sampai larut malam. Al-Mizzi, Ibn Katsir, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Ibn Hajar, al-Suyuthi, al-Sakhawi, dan ulama besar lainnya, menyisihkan lebih dari 15 jam per hari untuk membaca dan menulis. (Kisah beberapa ulama ini dikutip dari buku Selangkah Lagi Mahasiswa UIN jadi Kiyai, karya Dr. Ahmad Lutfi Fathullah).

Karena begitu besarnya keberkahan dan pahala yang dijanjikan Allah di bulan Rmadhan, maka sayang sekali, jika bulan Ramadhan nanti tidak kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk menuntut ilmu dan mengembangkan berbagai aktivitas keilmuan lainnya.

Disamping berbagai aktivitas ibadah lain, aktivitas keilmuan harusnya tetap menjadi aktivitas utama di bulan Ramadhan. Ada tradisi yang baik di berbagai pondok pesantren di Indonesia saat memasuki bulan Ramadhan. Biasanya, mereka mengadakan ’pasan’, berupa kajian kitab-kitab di bulan Ramadhan secara maraton. ara santri, baik yang pendatang musiman maupun santri tetap, diwajibkan mengkaji kitab-kitab mulai habis subuh sampai malam hari, dengan beberapa kali penggal istirahat.

Tradisi keilmuan yang baik ini perlu dikembangkan lebih jauh. Sudah tiba saatnya di bulan Ramadhan ini, majlis-majlis taklim dan masjid-masjid bukan hanya mengadakan acara baca Al-Quran, tetapi juga mengadakan kajian tentang aqidah dan pemikiran Islam, kajian tentang ulumul Quran, ulumul hadits, bahasa Arab, dan berbagai kajian bidang keilmuan Islam lainnya. Sebab, virus-virus perusak pemikiran dan aqidah Islam kini bergentayangan begitu bebas di tengah-tengah kita.

Beberapa tahun belakangan ini, kita menyaksikan, kaum liberal di Indonesia juga ikut-ikutan memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk menyebarkan paham mereka.

Biasanya dilakukan dengan membuat program-program tertentu di media massa atau memanfaatkan forum buka bersama yang melibatkan berbagai aktivis lintas agama. Di zaman ’serba bebas’ seperti sekarang, kita tentu tidak bisa melarang mereka. Apalagi, mereka disokong oleh kekuatan-kekuatan media dan pendanaan global. Yang bisa kita lakukan adalah memahami dengan baik, maka ide yang benar dan mana ide yang bathil, dari mana pun datangnya. Kita hanya menyatakan, bagi kita amal kita dan bagi mereka amal mereka. Masing-masing akan bertanggung jawab di hadapan Allah nanti.

Mudan-mudahan Allah meberikan berkah kepada kita di bulan Sya’ban ini dan memberikan kesempatan kepada kita untuk memasuki bulan Ramadhan tahun ini dalam keadaan iman yang selamat dan badan yang sehat wal ’afiat. Amin. Depok, 1 September 2007 www.hidayatullah.com

Lebih Lanjut..