Senin, 09 Juli 2007

Wanita, Berapa Harga Dirimu?

Penghargaan orang tergantung bagaimana kita menghargai diri kita sendiri
Apabila kita mematok harga murah untuk diri kita, maka murah jugalah Allah akan menghargai kita. Sebaliknya jika harga standar ditetapkan tinggi, maka Allah pun akan memberikan penghargaan yang setimpal. Harga yang paling tinggi adalah ketaqwaan. Karena berdasar harga ini pulalah Allah akan menentukan penilaian terhadap setiap manusia. Harga yang lebih rendah adalah yang menyangkut fisik seperti kecantikan, penampilan, kekayaan, atau jabatan.

Semua ini dinilai rendah karena bersifat kebendaan, keduniaan semata, yang sewaktu-waktu bisa lenyap ditelan bumi. Bila kita menghargai diri dengan standar kebendaan ini, sungguh kita hanya memberi harga sebatas usia bumi saja. Alam akhirat yang kekal justru tidak akan mau memberi harga kepada jasad kita. Maka jika kebendaan ini usianya telah usai, hendak lari ke mana kita?

1.Seharga kecantikan

Jika kita merasa akan dihargai orang hanya bila bisa menonjolkan kecantikan dan keindahan tubuh, maka berarti harga diri kita hanya sebatas kecantikan itu. Tak lebih seekor burung merak yang sibuk memamerkan keindahan bulunya. Decak kagum dan pujian memang akan diperoleh, tetapi tujuan hidup yang demikian tentu tidak bisa dibenarkan. Orang seperti ini akan sibuk hanya merawat kecantikannya. Tak peduli seberapa besar pengorbanan yang harus diberikan dan berapa banyak pelanggaran yang harus dilakukan. Yang penting tampil cantik dan menarik, dan menjadi idola banyak orang. Ratu-ratuan merupakan ajang kebanggaan bagi mereka. Membuka aurat juga menjadi hobby-nya, karena hal itu merupakan kesempatan untuk memamerkan kelebihannya. Maka umur mereka hanya sebatas di dunia ini saja.

2. Seharga penampilan
Hampir sama dengan harga berdasar kecantikan, wanita seharga penampilan ini baru merasa akan dihargai orang jika ia bisa tampil dengan prima. Maka perhatiannya pun terpusat untuk memikirkan, penampilan apa yang paling trend?
Baju mini mana yang sedang digemari?
Atau semerbak parfum Charles Jourdan?
Bisa jadi pasangan serasi tas, sepatu, dan arloji dari Gucci. Maka demi penampilan yang prima ini, orang rela mencarinya hingga ke ujung dunia.

Atau kalaupun sudah berpakaian syar'i, bisa jadi berpakaiannya itu hanya untuk disebut 'akhwat', padahal hatinya masih ikhwit. Berjilbab karena ada sesuatu yang memotivasi selain Allah. Maka ya hanya sampai itu saja harga dirinya.

3. Seharga kemewahan
Pernahkah kita iri melihat sekelompok wanita dengan penampilan trendy, mengendarai mobil BMW, berbelanja baju-baju mahal di swalayan dan membayarnya hanya dengan selembar kartu kredit? Terlintaskah keinginan untuk meniru dan merasakan kenyamanannya? Jika pernah, berarti ini sudah gejala buruk. Kita mulai menghargai diri senilai kemewahan. Merasa bahwa diri ini akan dilihat orang jika mamapu hidup mewah. Beranggapan bahwa mereka yang berduitlah yang akan mendapat perhatian. Anggapan seperti ini akan membuka jalan bagi penghalalan segala cara demi mencapai kemewahan hidup. Dan, banyak wanita yang memilih jalan pintas untuk meraihnya.

4. Seharga jabatan
Apakah kita sangat berambisi mengejar karir dan jabatan demi nama baik?
Itu sama artinya dengan menghargai diri sebatas pada jabatan. Lantas jika tidak memiliki jabatan atau karir merasa diri sebagai wanita murahan. Demi karir, ibu-ibu rela meninggalkan balitanya untuk ditunggui baby sitter yang belum tentu juga bisa mendidik. Demi karir juga, seorang istri harus menelantarkan suaminya. Bahkan demi jabatan dan status, banyak orang rela memberikan uang pelicin, yang jumlahnya bisa-bisa lebih dari gajinya selama setahun. Yang begini-begini jelas tidak rasional lagi, sekalipun sering dengan alasan yang masuk akal seperti untuk mengamalkan ilmu, untuk mengabdikan diri bagi masayarakat, dan sebagainya. Langkah itu sudah berlebihan.

5. Seharga kepandaian
Ataukah kita berpendapat bahwa wanita sejati hanyalah yang mumpuni dalam bidang keahlian tertentu? Yang berhak menyandang sederetan gelar, dan disebut cendekiawan? Yang digolongkan sebagai tenaga ahli dan pakar? Yang banyak berbicara dalam seminar-seminar? kecenderungan orang sekarang adalah mengejar gelar S-2 dan S-3. Sarjana S-1 dianggap sudah terlalu umum dan kurang laku. Sementara untuk memperoleh gelar-gelar yang lebih tinggi itu diperlukan waktu yang tidak sedikit. Biaya pun mahal. Tetapi semuanya dikorbankan demi gelar Walau harus menuntut ilmu ke luar negeri meninggalkan keluarga pun dijalani. Jangan salah memahami bahwa ilmu pengetahuan tidak penting bagi wanita. Bukan begitu. Ilmu pengetahuan penting bagi siapa saja, dan wajib dicari sepanjang hayat dikandung badan. Tetapi yang harus dihindari adalah sekolah untuk mengejar gelar. Lantas berharap dari gelar yang disandang itu akan mendapat tempat tinggi dalam masyarakat. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh tentu semakin baik, asalkan kita tidak menjadi sombong dengan gelar yang ada. Tidak merasa hanya akan dihargai bila mengedepankan gelar-gelar itu.

6. Seharga keimanan
Jalan terbaik adalah memasang harga diri tinggi, yaitu berdasar keimanan. Standar ini mendorong kita untuk merasa memiliki harga di mata masyarakat maupun di depan Allah hanya jika kita memiliki iman. Dan inilah satu-satunya harga diri yang kekal abadi, tidak ikut terkubur oleh kehancuran bumi. Dengan harga diri seperti ini kita bisa bersikap penuh keyakinan, sama sekali tidak tergiur iming-iming kebendaan apapun karena harapan satu-satunya adalah keridhaan Allah swt. Hanya dengan cara inilah kita bisa hidup tenang, tenteram, bahagia dan penuh percaya diri, walaupun kita dipandang asing oleh masyarakat karena memiliki pola hidup yang berbeda. Keimanan yang tinggi sudah cukup membuat diri kita bangga, tidak lagi iri dengan segala macam kelebihan orang lain selain kelebihan iman.
Sebaliknya kita akan merasa sama sekali tidak berharga manakala keimanan sempat kendur sehingga kita jauh dari Allah swt.

Allahu`alam
Wanita Sholihah adalah qonitat (Taat) Hafidzat (Menjaga Diri), Karena Allah telah memelihara (Kehormatan) dirinya. (An Nisa:34)

Tidak ada komentar: